Sunday, November 1, 2015

Culture shock #2 Sholat

Ini nih. Salah satu hal yang amat sangat sangat sangat penting. Sholat. Pergi jauh ke dari lingkungan sehari-hari jelas menuntut sebuah proses  adaptasi. Yang lain boleh memakan waktu lama, tapi bagiku dan mungkin memang sudah sepatutnya, masalah sholat, adalah hal yang perlu diadaptasi super cepat. ehmmm, yah begitulah. Mungkin bukan cuma seorang nadiya aja yang pernah mengalami "salah kiblat". Hahahaha, lol
Hari pertama , kedua, masih in periode, tidak solat, tidak masalah. Menjelang hari kembali sholat, mulailah muncul pertanyaan pertanyaan, ini kiblatnya ke arah mana? Shubuh hingga isya masing-masing jam berapa.....
Canggih lah, zaman digital begini. Aplikasi smartphone brooo, lewat website juga bisa. Mudah, alhamdulillah
"Hanya saja" di kamar dan "kecuali kalau" pergi keluar kamar dan lost direction. Saat tidak ada internet akses dan pergi ke tempat entah berantah, harus tetap menjaga sholat, inilah bencana lain, ujian lain, dan cobaan lain, tidak ada tempat layak untuk sholat dan berwudhu, dan tidak tahu mana arah kiblat.
Yup! Ini kisah lanjutan, perjuangan menjaga sholat.
Setelah sukses sholat di kamar sendiri, hati jadi lebih tenang, sampai suatu hari datang. Hari ketika teman mengajak untuk hang out ke kota sebelah. Hembbb, sempat berpikir untuk tidak ikut, karena khawatir bagaimana waktu sholat dan tempat sholat. Tapi, yaa finally, tetap ikut juga dengan konsekuensi yang "entahlah".. hehehe
Oita City im comiiiiiiingggg


Orang bilang, Oita City lebih kota dibanding Beppu. Ada Mall, museum, dan kastil. Menarik ya? Nyatanyaaaaa, not really. for me, its so so. Tapi still okay. I enjoyed the trip. Make a new friend and sightseeing, visit OPAM, and some shrine, then see the night oita from rooftop in AMU Plaza.
Niceeee day :)
Hihihihi, kan sampai lupa cerita sholatnyaaaa
Waktu sholat dzuhur adalah saat pergi ke museum OPAM. Awalnya bingung harus sholat dimana dan wudhu bagaimana. Akhirnya, Nursing Room jadi pilihan. Ruang menyusui di OPAM sangat convenient sekali untuk para ibu-ibu, dan saya
hahahaha
Wudhunya? Karena ragu untuk angkat kaki ke wastafel di restroom biasa, pergilah saya ke difabel toilet, kunci pintu, dan wudhu. Bergegas ke nursing room, dan kiblatnya manaaaaaa yaaa????!!!!
DIE, akhirnya sholat dengan tidak tahu mana kiblat. Ragu awalnya, tapi bismillah, karena sudah berusaha, semoga Allah maha memaafkan dan memudahkan jalan selanjutnya :")

Complicated. rasanya deg-degan, sedih, takut, campur-campur. Untungnya, teman-teman sebagian adalah Asian dan sudah terbiasa dengan muslim. Ketika izin untuk praying, mereka dengan senang hati menunggu 5-10 menit. Sekarang, masalah sholat sudah teratasi. Sudah tidak bangun kesiangan karena jetlag. Sudah hafal kiblat dimana, walaupun bukan di kamar, sudah tidak malu wudhu di wastafel restroom dan angkat kaki, hehe. Sudah, sudah. Cukup shock di awal, tapi mau tidak mau harus super sepat beradaptasi. So, tidak berlama-lama dalam kesalahan.

Pengalaman memberimu banyak sekali pelajaran
Pergi dan melihat hal baru bagaikan melangkah ke halaman selanjutnya ketika membaca sebuah buku
Dan bukan masalah ketika membuat salah
Tapi jangan berlama-lama dalam kesalahan

Tetap jaga sholat dan ibadah lain. Negeri lain dan as a minor tidak akan pernah menjadi alasan untuk dimaafkan terus menerus. Ketika "your guardian in this world" terpisah ribuan mil samudera terdalam, ingatlah Tuhan tidak pernah lebih jauh dari urat nadi. Karena aku tidak bisa membuat jarak ini semakin dekat dan mendangkalkan samudera, maka lantai ini akan tetap menjadi cara tetap dekat. Dekat dengan Maha Menjauhkan lagi Mendekatkan. Perantauan ini adalah cobaan dan kesakitan, maka yang sabar adalah yang akan sampai
Bapak: "Ade jangan lupa sholat"
Pesan mu sesaat sebelum take off.
For sure, pak. Karena dalam sholatmu, kau kirimkan aku kekuatan dan lewat doa dalam sholatku aku sampaikan kerinduan.
Miss you every single time
;')

Tuesday, October 13, 2015

Culture Shock #1 Bahasa

@jghsb$%^sjdhciwegcw?>hcbskb@#%vnsidhl?
me : ha?, Ehmmm, hai hai, ehmmm no no no, ehmmmm, zzzzzz #nyerah
Percakapan antara nadiya dengan seorang shopkeeper.

Traveling ke negara dengan native language english adalah hal paling menyenangkan, setuju? Untuk mahasiswa seumuran kita, pasti bisa lah ya berbahasa inggris apalagi percakapan sederhana sehari-hari. Modal belajar dari film, lagu, tugas, dan kursus, hehehe. Tapi bagaimana bila anda pergi ke Jepang? Jreeeeenggggg, bisa terjadi percakapan seperti yang tertulis di atas.
Bisa dibayangkan, negeri sakura ini, memiliki karakter tulisan dan bahasa yang berbeda, dan bukan merupakan bahasa internasional, dan tidak dipelajari dari semenjak sekolah, dan tidak banyak kursus bahasa yang memiliki kelas jepang, dan .... (ada yang bisa membantu menambah list alasan saya membela diri?) Hahaha
Yup, yang jadi alasan pertama untuk merasakan yang namanya "culture shock" karena bahasa.

Baru hari pertama, jelas pasti ada kegiatan beli membeli mulai dari peralatan kamar, alat bersih-bersih, sampai makanan. Bisa dibayangkan melakukan kegiatan perdagangan dengan bahasa isyarat? Hah, Thats what happen with me di awal-awal tinggal disini.
My japanese is so bad
Their English is very bad, and some of them totally cannot speak in english.
So? ada solusi? Ada, yaitu gunakan bahasa isyarat, atau lihat layar kasir untuk bayar. Ehhmm, not bad lah ya, hehe
Pulang ke asrama langsung cari gimana caranya tanya harga barang dalam bahasa jepang, cara menyapa, cara berterimakasih, cara bertanya tempat x dimana?, cara ini dan cara itu, dalam bahasa jepang. Setidaknya sudah berusaha mencari, sebelum kemudian timbul penyesalan pertama "Kenapa gak kursus bahasa jepang sebelum berangkat, huft?", dan bisa jadi
tips #1. Belajar percakapan sehari-hari yang paling dasar sebelum liburan atau education purpose ke Jepang, Oke?

Kalau ditanya bagaimana perasaaannya terhadap culture shock akibat bahasa? Sedih, sedih banget, nget, nget. Merasa selalu butuh seseorang yang bisa bahasa jepang sebelum pergi kemana-mana untuk beli sesuatu yang agak sulit, haha. Dan suka sedikit menjadi perhatian ketika masuk toko, ehmmm mungkin karena berjilbab. ya, belum tentu, itu hanya alasan klise, perasaan, sugesti tidak terbukti, suudzon, ge er. :3

Tapi tenang, jangan hanya karena bahasa, keinginan untuk ke Jepang jadi berkurang yaaa. Apalagi untuk keperluan studi. Karena Universitas seringkali menyediakan "Buddy" untuk mahasiswa international sebagai teman yang helpfull di masa-masa orientasi. Buddy akan sangat membantu dalam berkomunikasi (*japanese ketika kita beli sesuatu, ingin sesuatu, bertanya sesuatu, dan kadang membantu membaca brand produk, plang restaurant, dan rute bus.:)
Buddy tidak bisa selalu diandalkan, terlebih kalau sudah masuk masa aktif kuliah. Buddy seringkali mengambil major berbeda dan punya kegiatan diluar kampus. Jadi harus, wajib, fardu'ain memaklumi. Hidup di negara dengan different culture and environment, sangat tidak mudah, kalau dibilang. So, menjadi siap, pantas, dan mandiri adalah cara bertahan dan stay strong dengan segala kesulitan.

Stay strong untuk diriku sendiri, stay strong untuk kalian. Kita sedang dalam fase yang sama yaitu berjuang, walaupun berbeda jalan. :)

Wednesday, September 16, 2015

Start From Here

15 September 2015

Siapa dari kalian yang selalu membaca tentang para pencari keajaiban?
Hari ini adalah hari dimana aku menjadi salah satu penerima keajaiban dan pencari keajaiban baru. aku bukan orang yang percaya pada mimpi, tapi entah mengapa saat ini, aku menjadi sangat percaya pada kekuatan mimpi dan Dia Yang Maha memeluk mimpi-mimpi hambanya. Dan menjadi salah satu dari penerima "kebesaran nyata", yang boleh lah ya aku sebut dengan "grand design Allah", hehehe
Daaan, hari ini juga adalah hari keberangkatanku. Impian pergi ke negeri sakura, yang jujur sudah dari semenjak SD. Dikenalkan dengan komik, kemudian keinginan untuk melihat yang namanya bunga sakura dan kuil-kuil yang konon dihuni oleh dewa-dewa , sampai memutuskan bermimpi untuk sekolah. And now, im really really be here!

Kalau ditanya bagaimana caranya? Ehmmm, hidup adalah kebahagiaan yang diperjuangkan. Dari ujian toefl demi mendapat sertifikat resmi, urus persyaratan, kejar dosen untuk dapat rekomendasi, dan setia menunggu pengumuman beasiswa, adalah sebagian kecil dari sebuah perjuangan.
Tanpa beasiswa, untuk kedua kalinya (again) aku harus berhenti terbang. Siapa yang kira-kira mampu memberi JASSO (beasiswa pemerintah jepang) yang mudahnya bak menjatuhkan daun dari langit? Tak lain tak bukan adalah Doa. percaya kekuatan doa? Aku telah membuktikannya.

Mih, ade berangkat. Ini semua terjadi adalah karena keajaiban doamu, the greatest woman that i have ever had. Jangan sakit tanpa izinku, jangan menangis, jangan sedih. Sampaikan rindumu lewat Dia, yang pasti tahu bagaimana caranya aku merasakan rindumu yang juah disana.
Bapak jangan sakit tanpa izinku. senyummu adalah impianku sepanjang masa. Mbik, jangan menangis, jangan skit tanpa seizinku, karena sedari dulu, aku telah menjadi orang yang paling rela menanggung sakitmu :')

Wednesday, March 20, 2013

Jalanku Untukmu


Jalan inilah jalan yang akhirnya aku pilih. Jalan yang kubuat sebagai pembayaran hutang atas apa yang telah kulakukan dulu. Jalan yang kujadikan jaminan antara aku dengan Tuhan, perisai untuk menjagaku. Jalan ini yang kuharap dapat membuatku lebih merunduk. Menjaga mata, telinga, mulut dan juga hati. Jalan yang aku pilih juga karena izin dari Nya. Jalan yang terbuka dan dibukakan memang olehNya untukku. Coba bayangkan? Pintu ini tidak terbuka bagi setiap orang, tapi Dia membukakannya untukku, membiarkan aku memasukinya. Membiarkan aku tinggal lama didalamnya. Inilah jalan yang akhirnya selalu menjadi jalan yang kupilih meski berkali-kali iblis jahat membuat jalan di depan sangat gelap untuk dilewati. Meski berkali-kali iblis jahat membuat jalan ini begitu bercabang sampai langkah dari hati tak mampu memilih.  Meski berkali-kali semuanya membuat ku menjauh, pada akhirnya aku akan kembali. Jalan ini adalah jalan yang selalu kurindukan, jalan yang selalu membuatku kembali_ingin selalu kembali. Jalan ini adalah jalan Dakwah.
Sesulit apapun jalan ini akan kuhadapi, aku siap.
Jalan ini adalah jalan yang akan membuatku masih terjaga ketika yang lain terlelap.
Jalan ini adalah jalan yang akan membuatku tetap tersenyum meski raga sangat lelah.
Jalan ini adalah jalan yang akan membuatku tetap memberi meski membutuhkan.
Jalan ini adalah jalan yang akan membuatku tetap berdiri maski yang lain masih terduduk.
Jalan ini adalah jalan yang akan membuatku melakukan segalanya lebih awal meski yang lain masih bisa menunda.
Jalan ini memang mungkin akan membuatku lebih sering terluka. Membuatku tetap tersenyum disiang namun menangis sampai ditelan gelap malam.
Jalan ini adalah yang akan kuperjuangkan bukan hanya untuk membayar hutangku di masa lalu.
Jalan ini akan kuperjuangkan untuk saudaraku, sahabatku, dan teruntuk keluarga kecilku.
Semoga Dia selalu meridhoi jalan yang kupilih. Sulit dan mudahnya jalan ini kuserahkan padaNya Yang Maha Mengetahui yang terbaik.