Tuesday, October 13, 2015

Culture Shock #1 Bahasa

@jghsb$%^sjdhciwegcw?>hcbskb@#%vnsidhl?
me : ha?, Ehmmm, hai hai, ehmmm no no no, ehmmmm, zzzzzz #nyerah
Percakapan antara nadiya dengan seorang shopkeeper.

Traveling ke negara dengan native language english adalah hal paling menyenangkan, setuju? Untuk mahasiswa seumuran kita, pasti bisa lah ya berbahasa inggris apalagi percakapan sederhana sehari-hari. Modal belajar dari film, lagu, tugas, dan kursus, hehehe. Tapi bagaimana bila anda pergi ke Jepang? Jreeeeenggggg, bisa terjadi percakapan seperti yang tertulis di atas.
Bisa dibayangkan, negeri sakura ini, memiliki karakter tulisan dan bahasa yang berbeda, dan bukan merupakan bahasa internasional, dan tidak dipelajari dari semenjak sekolah, dan tidak banyak kursus bahasa yang memiliki kelas jepang, dan .... (ada yang bisa membantu menambah list alasan saya membela diri?) Hahaha
Yup, yang jadi alasan pertama untuk merasakan yang namanya "culture shock" karena bahasa.

Baru hari pertama, jelas pasti ada kegiatan beli membeli mulai dari peralatan kamar, alat bersih-bersih, sampai makanan. Bisa dibayangkan melakukan kegiatan perdagangan dengan bahasa isyarat? Hah, Thats what happen with me di awal-awal tinggal disini.
My japanese is so bad
Their English is very bad, and some of them totally cannot speak in english.
So? ada solusi? Ada, yaitu gunakan bahasa isyarat, atau lihat layar kasir untuk bayar. Ehhmm, not bad lah ya, hehe
Pulang ke asrama langsung cari gimana caranya tanya harga barang dalam bahasa jepang, cara menyapa, cara berterimakasih, cara bertanya tempat x dimana?, cara ini dan cara itu, dalam bahasa jepang. Setidaknya sudah berusaha mencari, sebelum kemudian timbul penyesalan pertama "Kenapa gak kursus bahasa jepang sebelum berangkat, huft?", dan bisa jadi
tips #1. Belajar percakapan sehari-hari yang paling dasar sebelum liburan atau education purpose ke Jepang, Oke?

Kalau ditanya bagaimana perasaaannya terhadap culture shock akibat bahasa? Sedih, sedih banget, nget, nget. Merasa selalu butuh seseorang yang bisa bahasa jepang sebelum pergi kemana-mana untuk beli sesuatu yang agak sulit, haha. Dan suka sedikit menjadi perhatian ketika masuk toko, ehmmm mungkin karena berjilbab. ya, belum tentu, itu hanya alasan klise, perasaan, sugesti tidak terbukti, suudzon, ge er. :3

Tapi tenang, jangan hanya karena bahasa, keinginan untuk ke Jepang jadi berkurang yaaa. Apalagi untuk keperluan studi. Karena Universitas seringkali menyediakan "Buddy" untuk mahasiswa international sebagai teman yang helpfull di masa-masa orientasi. Buddy akan sangat membantu dalam berkomunikasi (*japanese ketika kita beli sesuatu, ingin sesuatu, bertanya sesuatu, dan kadang membantu membaca brand produk, plang restaurant, dan rute bus.:)
Buddy tidak bisa selalu diandalkan, terlebih kalau sudah masuk masa aktif kuliah. Buddy seringkali mengambil major berbeda dan punya kegiatan diluar kampus. Jadi harus, wajib, fardu'ain memaklumi. Hidup di negara dengan different culture and environment, sangat tidak mudah, kalau dibilang. So, menjadi siap, pantas, dan mandiri adalah cara bertahan dan stay strong dengan segala kesulitan.

Stay strong untuk diriku sendiri, stay strong untuk kalian. Kita sedang dalam fase yang sama yaitu berjuang, walaupun berbeda jalan. :)